KERTAS
YANG TERNODAI
Selayaknya
sebuah buku yang memiliki lembaran-lembaran putih, bersih tanpa noda saat pertama
kita membuka lembaran yang sudah penuh dengan catatan. Lembaran pertama
kemudian kedua kemudian ketiga dan seterusnya. Ketika kita rasa sudah cukup
membuat catatan yang indah saat ini, dan sudah semesttinya kita membuka
lembaran baru yang siap kita catat kembali. Alangkah senangnya ketika kita
masih memiliki lembaran –lembaran baru yang masih putih dan bersih tanpa
setitik noda diatasnya.
Namun dengan tak
sengaja dan tanpa aku sadari setelah hampir di ujung aku menutup buku yang
sudah lama aku tuliskan catatan yang indah, ternyata aku dapati lembaran kertas
yang saat ku buka ternyata sudah terdapat noda yang hitam pekat, bercak itu
yang membuat aku sedih dan mau tak mau aku harus tetap membuat catatan pada
kertas itu, karena tak mungkin aku berpindah kepada lembaran baru yang belum
saatnya, begitulah perjanjiannya. Sebuah kesalahanku yang tak mampu menjaga
lembaran itu tetap putih namun ternodai. Betapa ingin ku menangis akan lembaran
ini, penuh dengan noda dan saat ku memandangnya rasanya tak kuasa, namun apa
daya karena apapun ini adalah bukuku, ini adalah catatanku yang harus aku tulis
catatanku untuk menjadi sebuah karangan indah pada akhirnya. Sedikit demi
sedikit aku mencoba untuk menghapus semua noda ini, agar tulisanku di lembaran
ini mampu terbaca, namun kembali apa daya, noda itu telah membekas dan begitu
sulit aku bersihkan. Ketika putih ini sudah terjatuhi karena sebuah noda maka akan
tetap meninggalkan cidera.
Rasanya ingin
putus asa, hampir saja aku menyerah dengan lembaran ini. Dimana saat itu bagiku
aku sekaan mendapati lembaran terburuk yang akan selalu ku ingat. Dan segala
puji bagi Allah yang masih memberikan kekuatan kepadaku ini. Aku harus tetap
memberikan catatan pada lembaran ternoda ini. Biarlah orang lain tak mampu
membacanya namun aku dan Dia akan sanggup membaca bahkan memahaminya. Tetes air
mata yang aku jatuhkan dalam lembaran ini pun membuat hitam ini sedikit
memudar, akan segala penyesalan dan kebodohan aku yang ceroboh tak mampu
menjaga lembaran putih yang sudah diberikan. Sebuah kesalahanku yang aku
lakukan dan harus aku selesaikan. Aku yang memiliki maka aku yang bertanggung
jawab terhadap apa yang kumiliki.
Allah memberikan
ku kekuatan dan kesempatan untuk kesekian kalinya Allah Maha Penyayang dan Maha
Pengasih ku dapati sebaris garis dan
masih putih dalam lembaran ini yang hampir saja semuanya hitam kelam. Apa pun
itu aku bersyukur dan berterimakasih kepada Tuhanku (Allah) yang tak pernah
lelah mengampuni diri ini yang ceroboh dan selalu mebuat kekecewaan kepada Nya.
Segala puji bagi
Allah aku panjatkan, karena aku merasa tenang saat diri ini masih memiliki
kesempatan lembaran putih kembali. Dan aku harus terima semua yang terjadi
dengan catatanku, saat semua lembaran terkumpul dan menjadi sebuah penilian
bagi yang membacanya. Sehingga sebuah nilai dan kesan terhadap pencatatnya akan
terasa mendamaikan atau sebaliknya.
Tak mengapa, ini
adalah sebuah lembaran yang hitam namun berkesan, dimana di kesempatan
selanjutnya aku harus mampu berusaha kembali menjaga lembaran kertas putih ini
tetap putih tanpa ada noda bercak yang tak pernah diharapkan. Kemudian lembaran
putih ini akan ku catatkan sebuah catatan indah yang bisa membuat sebuah
kedamaian bagi diriku dan pemabacanya bahkan terlebih kepada Dia (Allah) Yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala puji bagi
Allah aku panjatkan kembali tiada henti-hentinya. Semoga Allah menjagaku juga
menjaga lembaran lembaran putih ini untuk menjadi catatan yang mulia di sisi
Nya. Aamiin Ya Rabbal Alamin…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar