Dia itu
indah, bahkan indahnya tak bisa ku setarakan dengan apapun. Keindahnya yang
memukau tak kunjung terpandang kasat mata. Jika ku dengar lantunan suaranya rasanya
bergetar semua hati ini hingga ku rasa kaku membisu. Ketika ku genggamnya
dengan tangan yang penuh harapan, terlintas hasratku tak ingin hanya sebentar
kunikmati waktu bersamanya. Namun ingin terus bersamanya hingga terkadang ku
lupa akan masa yang telah berlalu. Allahu Akbar, sungguh ku telah jatuh cinta
padanya Al Quran.
Berawal dari
tiga minggu yang lalu atau lebih dari itu, tepatnya satu minggu sebelum idul
adha 1437 H, dimana saat itu aku yang sudah duduk di semester tujuh perkuliahan
seperti pada umunya. Tepat dihari senin, mengawali perkuliahan dan di jam kedua
adalah Mata Kuliah Tahfidz. Saat mendengar Tahfidz, rasanya lemah diri ini,
gelisah diri ini hampir tak karuan. Karena apa? Jawabannya adalah aku adalah
salah satu orang yang sulit dalam menghafal Al Quran. Rasanya hampir putus asa,
saat ku coba menghafal kemudian tak kunjung hafal juga. Sekalinya hafal pun itu
cumin beberapa ayat saja.
Saat itu ku
duduk bersamaan dengan teman sekelasku, dia adalah seseorang yang berjenggot, dengan
tipe celana bahan yang sedikit ke atas, dan paling pinter kalo nulis nulis.
Kusebut dia adalah “Bang Nuril.” Nama aslinya adalah Ahmad Nuril Muminin, sudah
beru,ur lebih dewasa dibandingku, namun kesan humornya bersama temen dibawah
umurnya tetep keceh. Haha.
“Bang,
gimana sih caranya? Antum bisa cepet ngafal?”
“Pertama,
dari niat. Niatkan antum karena Allah. Kemudian cara menghafalnya seikit
sedikit.”
“He’em…
terus waktu menghafal nya kapan?”
“Iya, antum
coba menghafal dengan lima baris setiap hari , untuk sementara jangan lebih
dari itu dulu. Lima baris saja dulu setiap hari. Hafalkan ayat pertama sampai
benar-benar hafal, kemudian ayat kedua. Setelah hafal ayat kedua, coba antum
hafalkan ayat pertama dengan kedua. Setelah berulang-ulang, kemudian hafalkan
ayat ketiga. Kemudian ulangi dari ayat pertama sampai ayat ketiga, begitu
seterusnya sampai dengan cukup lima baris dari yang antum hafal.”
“Setiap hari
lima baris saja, gimana kalo mau lebih dari itu.”
“Jangan,
antum coba aja dulu lima baris setiap hari. Lebih baik antum coba ulang-ulang
terus hafalan lima baris itu. Sudah itu aja dulu.”
“Hemmm… aku
coba ya.”
“Ingat ! Ketika
kita bisa cepet hafal itu adalah hidayah dari Allah, tapi ketika kita ingin
cepet-cepet hafal bisa jadi itu dari syetan.”
“Oh,,, iya
iya… aku ngerti Bang..”
Esok
harinya, ku coba lakukan apa yang pernah disarankan Bang Nuril tadi, danterus
kucoba meskipun memang sulit terus kucoab. Dan akhirnya aku bisa merasakan,
bahwa menghafal bagiku memang sulit. Tapi biarlah lebih baik sulit namun
kujalani daripada tak pernah kujalani sama sekali.
Setelah
beberapa hari kucoba terus bercengkrama setiap pagi bersama pedoman mulia “Al
Qur’an” aku mulai ketagihan untuk terus mencoba. Dan akhirnya ku merasakan
sepertinya ku jatuh cinta dengannya. Yang terfikir dalam benakku adalah ia
adalah mulia, jika ingin menjadi seseorang yang mulia maka ku harus berteman
dengan Al Quran yang Mulia. Bahkan aku tak ingin menjadi hanya sekedar teman,
namun ku harap ku mampu menjadikannya sebagai darahku yang mengalir, daging
yang menempel dan tulang yang mengokohkanku, menjadi bagian dari hidupku.
Tidak ada
metode yang tepat dalam menghafal Al Quran melainkan adalah istiqomah. Terus
menghafal dan mulai menghafal sekarang juga.
Bukan mencari metode yang tepat sehingga lupa akan waktu sudah berlalu.
Mulailah… dalam benakku jika harus sambil merangkak adalah itu yang terbaik dan
kubisa, maka mungkin itu yang mampu dilakukun asalkan Allah ridho. Never mind
and Never Give Up…!!!
Semangat
kawan….!!!
Eii, lupa
makasih buat Bang Nuril nih yang udah kasih motivasi, berarti pisan daa bagiku.
Hehe…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar