Salam Sahabat
Alhamdulillah dengan segala puji Allah masih memberikan kta nafas yang panjang sehingga saya masih memiliki kesempatan untuk bersilaturahim bersama sahabat.
Sahabat sebuah pelajaran yang aku dapatkan hari ini dari kehidupanku yang sedang kujalani.
Jika kita lihat Gunung yang besar itusangatlah terlihat jelas dan seakan akan gunung itu memang dekat. Ketika dilihat dari sudut kiri, kanan, tengah, memang gunung itu seakan dekat. Dan alasan terlihat dekat itu karena besar dan tingginnya Gunung itu.
Namun terkadang saya kaitkan dengan kehidupan dan keadaan hati ini. Terhentaklah sebuah pertanyaan bahwa ad yanglebih besar dari gunung, ada yang lebih tinggi dari gunung, dan bahkan tak ada makhluk satu pun di dunia dan di langit yang bisa menandinginya. Dan jawabannya benar sekali. Dia adalah Allah... Tuhan kita.. Allahu Akbar Allah Maha Besar... Dimana tidak ada yang sederajat dengan Nya. Tak ada makhluk yang tidak mengakui kebesaran Nya. Dan semua makhluk yang besar, tinggi, luas bahkan sekuat apapun makhluk di dunia ini semua tunduk kepada Nya. Allah... Allah... Allahu Akbar.
Tapi sahabat, terkadang kita tahu dan mengakui kebesaran Allah, mengakui keagungan Allah. tapi sudhkah kita merasakan bahwa Allah itu dekat. Dekat dengan hati ini karena kebesaran Nya.
Kebesaran Alllah yang tidak ada tandingannya harusnya terasa dekat dengan hati ini. Tapi bagaimana kenyataanya??? Allah menciptakan akal ini untuk berfikir dan ku akui atas kebesaran Allah dari segala ciptaan Nya yang ada di langit dan di bumi.
Sahabat, kebesaran Nya bukan terlihat dari mata kita, kebesaran Nya bukan terdengar dari telinga kita, dan kebesaran Nya bukan tidak tergenggamnya oleh tangan kita. Tapi kebesaranNya melebihi dari semua panca indra yang di anugrahkan Nya, dan yang paling terasa kebesaran Nya dari hati ini, keyakinan ini, iman ini yang mengahambakan kepadaNya. Dimana hati ini terasa dekat dengan Nya karena mengingat, mengimani, dan tiada Tuhan selain Dia. Laa ilaaha illallah....
semoga ini bisa menjadi pelajaran yang berarti untuk kita.
Salam.
Sabtu, 21 Maret 2015
Rabu, 11 Maret 2015
Kisah Sebuah Pensil
Si anak lelaki memandangi neneknya yang sedang menulis surat, lalu
bertanya, “Apakah Nenek sedang menulis cerita tentang kegiatan kita?
Apakah cerita ini tentang aku?”
Sang nenek berhenti menulis surat dan berkata kepada cucunya, “Nenek memang sedang menulis tentang dirimu, sebenarnya, tetapi ada yang lebih penting daripada kata – kata yang sedang Nenek tulis, yakni pensil yang Nenek gunakan. Mudah – mudahan kau menjadi seperti pensil ini, kalau kau sudah dewasa nanti.”
Si anak lelaki merasa heran, diamatinya pensil itu, kelihatannya biasa saja.
“Tapi pensil itu sama saja dengan pensil – pensil lain yang pernah kulihat!”
“Itu tergantung bagaimana kau memandang segala sesuatunya. Ada lima pokok yang penting, dan kalau kau berhasil menerapkannya, kau akan senantiasa merasa damai dalam menjalani hidupmu.”
Pertama : Kau sanggup melakukan hal – hal yang besar, tetapi jangan pernah lupa bahwa ada tangan yang membimbing setiap langkahmu. Kita menyebutnya tangan Tuhan. Dia selalu membimbing kita sesuai dengan kehendak-Nya.
Kedua : Sesekali Nenek mesti berhenti menulis dan meraut pensil ini. Pensil ini akan merasa sakit sedikit, tetapi sesudahnya dia menjadi jauh lebih tajam. Begitu pula denganmu, kau harus belajar menanggung beberapa penderitaan dan kesedihan, sebab penderitaan dan kesedihan akan menjadikanmu orang yang lebih baik.
Ketiga : Pensil ini tidak keberatan kalau kita menggunakan penghapus untuk menghapus kesalahan – kesalahan yang kita buat. Ini berarti, tidak apa – apa kalau kita memperbaiki sesuatu yang pernah kita lakukan. Kita jadi tetap berada di jalan yang benar untuk menuju keadilan.
Keempat : Yang paling penting pada sebatang pensil bukanlah bagian luarnya yang dari kayu, melainkan bahan grafit di dalamnya. Jadi, perhatikan selalu apa yang sedang berlangsung di dalam dirimu.
Dan yang Kelima : Pensil ini selalu meninggalkan bekas. Begitu pula apa yang kau lakukan. Kau harus tahu bahwa segala sesuatu yang kau lakukan dalam hidupmu akan meninggalkan bekas, maka berusahalah untuk menyadari hal tersebut dalam setiap tindakanmu.
iphinchow.com
Sang nenek berhenti menulis surat dan berkata kepada cucunya, “Nenek memang sedang menulis tentang dirimu, sebenarnya, tetapi ada yang lebih penting daripada kata – kata yang sedang Nenek tulis, yakni pensil yang Nenek gunakan. Mudah – mudahan kau menjadi seperti pensil ini, kalau kau sudah dewasa nanti.”
Si anak lelaki merasa heran, diamatinya pensil itu, kelihatannya biasa saja.
“Tapi pensil itu sama saja dengan pensil – pensil lain yang pernah kulihat!”
“Itu tergantung bagaimana kau memandang segala sesuatunya. Ada lima pokok yang penting, dan kalau kau berhasil menerapkannya, kau akan senantiasa merasa damai dalam menjalani hidupmu.”
Pertama : Kau sanggup melakukan hal – hal yang besar, tetapi jangan pernah lupa bahwa ada tangan yang membimbing setiap langkahmu. Kita menyebutnya tangan Tuhan. Dia selalu membimbing kita sesuai dengan kehendak-Nya.
Kedua : Sesekali Nenek mesti berhenti menulis dan meraut pensil ini. Pensil ini akan merasa sakit sedikit, tetapi sesudahnya dia menjadi jauh lebih tajam. Begitu pula denganmu, kau harus belajar menanggung beberapa penderitaan dan kesedihan, sebab penderitaan dan kesedihan akan menjadikanmu orang yang lebih baik.
Ketiga : Pensil ini tidak keberatan kalau kita menggunakan penghapus untuk menghapus kesalahan – kesalahan yang kita buat. Ini berarti, tidak apa – apa kalau kita memperbaiki sesuatu yang pernah kita lakukan. Kita jadi tetap berada di jalan yang benar untuk menuju keadilan.
Keempat : Yang paling penting pada sebatang pensil bukanlah bagian luarnya yang dari kayu, melainkan bahan grafit di dalamnya. Jadi, perhatikan selalu apa yang sedang berlangsung di dalam dirimu.
Dan yang Kelima : Pensil ini selalu meninggalkan bekas. Begitu pula apa yang kau lakukan. Kau harus tahu bahwa segala sesuatu yang kau lakukan dalam hidupmu akan meninggalkan bekas, maka berusahalah untuk menyadari hal tersebut dalam setiap tindakanmu.
iphinchow.com
Selasa, 10 Maret 2015
DUA
Saat dunia ini mendung tapi terasa terang, saat terasa pahit tapi semua seakan manis, saat mata tak mau terpejam dan dunia terasa hangat dan indah saat seseorang telah dinantikan kehadirannya ke dunia. Maka Allah menciptakan manusia ke dunia tentu dengan membawa sebuah rislah. Dimana bila disingkat itu adalah DUA "Dakwah Ukhuwah dan Amanah".
Kata yang pertama yaitu D "Dakwah", begitulah Allah memerintahkan hambaNya terlahir ke dunia melainkan untuk menyebarkan Dakwah kebaikan kepada semua makhluk Nya. Kemudian yanag kedua adalah U "Ukhuwah" tidak kalah penting yang harus dilaksanakan seorang hamba Allah untuk menjalin ukhuwah islamiyah yang baik, harmonis dengan alam disekitar kita terutama dengan keluarga kita sendiri kemudian dengan sahabat, guru, pelatih bahkan teman serta kakak dan adik kita sendiri. Ukhuwah dengan kata lain adalah persahabatan. Sebagai makhluk Allah yang diciptakan sebagai makhluk sosial maka tentu harus bisa melakukan ukhuwah yang Allah ridhoi, InsyaAllah karena Allah pun akan melihat dan terus memperhatikan kita.
Kemudian A "Amanah", sebuah sifat yang Allah anugerahkan kepada kita dan merupakan warisan dari Rasullullah yang hendaknya kita contoh. Amanah merupakan sebuah kepercayaan yang sangat signifikan, dimana amanah ini bisa saja menjadi baik atau pun buruk. Yang apabila kita lebih kenal dengan tanggungjawab, yang memang tanggung jawab ini meskipun terfikirkan mdah namun pada hakikatnya tidak semudah itu karena sebuah amanah atau tanggung jawab itu tidak terputus di dunia saja melainkan harus di pertanggungjawabkan diakhirat nanti.
wallahualam...
bersambung....
Senin, 09 Maret 2015
Semakin Senja
Semakin hari semakin senja
Pagi yang baru saja telah berlalu
Kini sudah senja lagi tanpa ku sadari
Aku yang terlalu sibuk di pagi hari
semakin renta usia ini
Sementara tak ada yang aku banggakan
Taka ada yang bisa aku andalkan
Hanya ampunan Mu ya Allah
Selasa, 03 Maret 2015
Karena Semua Ada Hikmahnya
Dalam
perjalanan hidup setiap hamba Allah tentu tidaklah sama dan pula ditaklah mulus
seperti apa yang kita telah rencanakan. Namun perjalanan menuju akhir tujuan
kita yan mungkin saja kita lihat dari titik start menuju titik finish itu
terlihat mulus, tapi dalam kenyataannya jalan menuju titik akhir (finish)
ternya berkeloh kelok, ada menanjak, ada menurun, ada juga harus bernelok ke
kikiri sedikit kemudian lurus kembali, ada pula berbelok ke kanan kemudian
lurus kembali. Perjalan hidup seperti itulah yang sebenarnya kita jalani.
Meskipun terlihat lurus tapi ada beberapa rute jalan hidup kita yang harus di
lewati. Begitupun dengan perjalanan hidup ini tidak selamanya di atas namun
kadang pula di bawah. Tapi tidak masalah, karena sebagai hamba Allah yang
beriman tidaklah boleh berputus asa atas rahmatNya. Seperti dalam sebuah
keterangan didalam fimanNya,
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka
dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka
tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah
menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui
orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.”
Ibarat seorang pria menyatakan cintanya pada seorang gadis,
pria tersebut tentu harus menunjukkan dengan perbuatan/sikap cintanya itu,
sehingga sang gadis benar-benar meyakini cintanya. Seorang mukmin pun demikian.
Ia harus menunjukkannya dengan sikap atau amal betapa ia benar-benar beriman
pada Allah SWT dan Rasul-Nya, sehingga ia menjadi mukmin sejati dan berhak
hidup bahagia dan masuk surga di akhirat kelak.
{ وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ
رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ }
Artinya : “dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya
berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum kafir “
(Q.S. Yusuf : 87)
Sebuah
bukti kasih sayang Allah kepada hambanya untuk di uji, dalam meyakinkan
keimanannya dan memang kita tidaklah boleh berputus asa. Karena Allah pun
memberikan ujian kepada kita tidak lain karena kita mampu, tidak lain karena
Allah mau meningkatkan level kita melalui ujian tersebut. Tidak jauh beda hal nya
pada saat kita bermain game ketika kita menginginkan bintang yang lebih banyak
maka ada beberapa hal yang harus kita lalui dan kalahkan didalam game tersebut.
Meskipun memang jauh perumpaannya, tapi setidaknya bahwa kita tahu bahwa untuk
mendapatkan tingkatan iman yang lebih tinggi lagi berarti harus melalui ujian
terlebih dahulu. Perumpamaan lain bahwa murid sekolah yang ingin mendapatkan
sebuah ijazah belajarnya maka ia harus melalui ujian terlebih dahulu, ketika
bisa melewati ujian itu dan kita mampu maka ijazah pun bisa kita terima. Tidak
jauh sebenarnya dengan perjalan hidup kita, dan ijazah itulah yang bisa kita
umpamakan sebagai hikmahnya.
Hidup
yang memang tak mudah semudah membalikan telapak tangan atau semudah ucapan
yang baru saja kita ucapkan. Satu hal yang kita garis bawahi apapun itu kita
harus melewati ujian ujian itu, apa boleh buat Bumi ini adalah milik Allah,
jiwa bahkan mati dan hidup ini pun untuk Allah, secara tidak langsung kita
telah membuat kesepakatan kepada Allah bahwa kiata mampu melakukan aturan yang
Allah perintahkan kepada kita. Tanpa kita sadari sebenarnya ada hikmah hikmah
yang besar dibalik ujian yang saat ini kita hadapi, yakinlah… kenapa ingatlah
bahwa Allah itu Maha Penyayang dan Maha Pengasih kemudian apakah hamba Allah
yan beriman lantas tidak Allah sayangi? Maka apapun itu hamba Allah yang
beriman itu haruslah bisa berfikir positif terus berprasangka baik kepada Allah
yang memiliki segala kebaikan tanpa ada keburukan.
Kita
tahu bahwa kita bisa merasakan sebuah makanan itu manis karena kita pernah
merasakan pahit, atau kita tahu bahwa rumah yang mewah itu mahal, kendaraan
yang bagus itu mahal atau mungkin makanan atau ice cream yang enak itu mahal,
kenapa?? Karena dibalik harga mahal itulah bahwa barang itu berkualitas, atau
ice cream itu memang enak rasanya. Tidak jauh beberda dengan kehidupan yang
berkualitas itu pun mahal dengan ujian ujian yang kita hadapi, letih, pahit
yang harus kita jalani sebagai pembayarannya,
yang jika rumah dan kendaraan atau ice cream itu dibayar dengan uang harga
mahal, hidup pun harus dibayar dengan kesabaran dan keikhlasan dalam menghadapi
ujian sebagai harga nya yang mahal.
Dan
kita tahu bahwa dibalik itu semua ada kenikmatan, ada hikmah yang bisa kita
terima. Insya Allah kita bisa, kita mampu, karena boleh saja kita kehilangan
sesuatu karena Allah, tapi jangan sampai kita kehilangan Allah karena
sesuatu..naudzubillah… semoga Allah memberikan kekuatan dan rahmat Nya kepada
kita semua aamiin..
Langganan:
Postingan (Atom)