WAKTU
Tidak
terbit fajar suatu hari, kecuali dia berseru. "Putra-putri Adam, aku
waktu, aku ciptaan baru, yang menjadi saksi usahamu. Gunakan aku karena aku
tidak akan kembali lagi sampai hari kiamat."
“Waktu adalah sungai
yang mengalir ke seluruh penjuru sejak dahulu kala, melintasi pulau, kota, dan
desa, membangkitkan semangat atau meninabobokan manusia.
Ia diam seribu bahasa, sampai-sampai manusia sering
tidak menyadari kehadiran waktu dan melupakan nilainya, walaupun segala sesuatu
--selain Tuhan-- tidak akan mampu melepaskan diri darinya.”
Assalamualaikum sahabat yang di
rahmati Allah SWT, semoga selalu dalam keadaan sehat dan dalam lindungan Nya. Aamiin…
Berbicara tentang waktu adalah sesuatu
yang sulit untuk di definisikan namun kenyataannya adalah ada dan selalu hadir
dalam kehidupan kita, saat ini, esok, atau yang sudah terlewati bahkan yang
akan datang.
Dalam
Kamus Besar Bahasa indonesia paling tidak terdapat empat arti kata
"waktu": (1) seluruh rangkaian saat, yang telah
berlalu, sekarang, dan yang akan datang; (2) saat
tertentu untuk menyelesaikan sesuatu; (3)
kesempatan, tempo, atau peluang; (4) ketika, atau saat terjadinya
sesuatu.
Al-Quran
menggunakan beberapa kata untuk
menunjukkan makna-makna di atas, seperti:
a.
Ajal, untuk menunjukkan waktu
berakhirnya sesuatu, seperti berakhirnya usia manusia atau masyarakat. Setiap
umat mempunyai batas waktu berakhirnya usia (QS Yunus [10]: 49)
Demikian
juga berakhirnya kontrak perjanjian kerja antara Nabi Syuaib dan Nabi Musa,
Al-Quran mengatakan:
Dia
berkata, "Itulah (perjanjian) antara aku dan kamu. Mana saja dan kedua
waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan
atas diriku (lagi). Dan Allah adalah saksi atas yang kita ucapkan" (QS Al-Qashash [28]: 28).
b.
Dahr digunakan untuk saat berkepanjangan yang dilalui alam
raya dalam kehidupan dunia ini, yaitu sejak
diciptakan-Nya sampai punahnya alam sementara ini.
“Bukankah
telah pernah datang (terjadi) kepada manusia satu dahr (waktu) sedangkan ia
ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut (karena belum ada di alam
ini?) (QS Al-insan [76]: 1).
Dan mereka
berkata, "Kehidupan ini tidak lain saat kita berada di dunia, kita mati
dan kita hidup, dan tidak ada yang membinasakan (mematikan) kita kecuali dahr
(perjalanan waktu yang dilalui oleh alam)" (QS Al-Jatsiyah [45]: 24).
c.
Waqt digunakan dalam arti batas akhir
kesempatan atau peluang untuk menyelesaikan suatu
peristiwa. Karena itu, sering kali Al-Quran
menggunakannya dalam konteks kadar tertentu dari satu
masa.
Sesungguhnya
shalat itu adalah kewajiban kepada orang-orang Mukmin yang tertentu
waktu-waktunya (QS Al-Nisa' [4]: 103) .
d.
'Ashr,
kata ini biasa diartikan
"waktu menjelang terbenammya matahari",
tetapi juga dapat diartikan sebagai "masa" secara mutlak.
Makna terakhir ini diambil berdasarkan asumsi
bahwa 'ashr merupakan hal
yang terpenting dalam kehidupan manusia. Kata 'ashr sendiri
bermakna "perasan", seakan-akan masa harus
digunakan oleh manusia untuk memeras pikiran dan keringatnya, dan hal ini
hendaknya dilakukan kapan saja sepanjang masa.
Dari
kata-kata di atas, dapat ditarik beberapa kesan tentang pandangan
Al-Quran mengenai waktu (dalam pengertian-pengertian bahasa indonesia), yaitu:
a.
Kata ajal
memberi kesan bahwa segala sesuatu ada batas waktu berakhirnya, sehingga tidak
ada yang langgeng dan abadi kecuali Allah Swt. sendiri.
b.
Kata dahr memberi kesan bahwa segala
sesuatu pernah tiada, dan bahwa keberadaannya menjadikan ia terikat oleh waktu
(dahr).
c.
Kata waqt digunakan dalam konteks yang
berbeda-beda, dan diartikan sebagai batas akhir suatu kesempatan untuk
menyelesaikan pekerjaan. Arti ini tecermin dari waktu-waktu shalat
yang memberi kesan tentang keharusan adanya pembagian teknis mengenai masa yang
dialami (seperti detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun, dan
seterusnya), dan sekaligus keharusan untuk menyelesaikan pekerjaan dalam
waktu-waktu tersebut, dan bukannya membiarkannya berlalu hampa.
d.
Kata 'ashr memberi kesan bahwa saat-saat
yang dialami oleh manusia harus diisi dengan kerja memeras keringat dan
pikiran.
Demikianlah
arti dan kesan-kesan yang diperoleh dari akar
serta penggunaan kata yang berarti
"waktu" dalam berbagai makna.
Waktu yang terus berjalan,
mengikuti dengan apa yang sudah kita lakukan, bisa terasa berjalan cepat atau
juga bisa berjalan terasa lambat. Satu hal yang membedakan perasaan kita
terhadap waktu itu sendiri adalah ketika bisa memanfaatkannya atau melewatkannya
begitu saja.
Sejenak merenungkan tentang
waktu, maka saat ini ketika saya duduk dan bercermin rasanya tak sadar dan tak
terasa bahwa kita hidup waktu yang pada saat itu masih duduk bersama pangkuan
ibunda, dan memakai seragam putih merah, namun saat ini kutatap kembali diri
ini sudah dewasa, saatnya untuk berusaha dan waktu telah diwariskan kepada diri
sendiri, apapun diperbolehkan untuk memanfaatkan waktuku sendiri. Dan saat itu
rasanya dekat karena masih teringat masa kecil kita, padahal jika kita hitung
menggunakan mesin waktu cukup lama, 5 tahun kah, 10 tahun atau bahkan 20 tahun
sudah kita lewati dan ingatan kita masih kuat menyimpannya. Seakan dekat
padahal jauh. Begitulah waktu yang begitu cepat saat kita tak bisa
memanfaatkannya.
Kemudian, bagaimana kita bisa
memanfaatkan waktu ? jawabannya adalah ada pada diri kita masing masing, mau di
gunakan untuk apa waktu kita, ibadah kah yang menuju kepada kebaikan atau hanya
bermain main saja tanpa ada nilai kebaikan.
Dalam sebuah keterangan di
sebutkan bahwa :
“Tidak akan bergeser kedua kaki
anak Adam di hari kiamat dari sisi Rabb Nya hingga dia ditanya tentang lima
perkara (yaitu) : tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang masa mudanya
untuk apa ia gunakan, tentang haratanya untuk apa ia dapatkan dan dalam hal apa
(hartanya tersebut) ia belanjakan dan tentang apa saja yang telah ia amalkan
dari ilmu yang dimilikinya” (H.R. at Tirmidzi)
Ketika kita merenungkan
keterangan hadits dia atas, betapa pentingnya waktu kita yang seharusnya kita
gunakan dalam hal kebaikan agar tidak pernah ada penyesalan, sehingga tidak ada
perasaan waktu ini kurang dan harus di tambah lebih dari 24 jam. Dan akan
terasa cukup ketika bisa memanfaatkannya dengan baik dan penuh keberkahan. Sehingga
kita tidak termasuk orang orang yang merugi karena waktu yang telah
dileawatkannya begitu saja.
“Demi Ashr (masa). Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati
supaya menetapi kesabaran.” (Q.S. AL Ashr : 1 – 3)
Semoga, kita semua mampu memanfaatkan waktu kita dalam
mengerjakan amal shaleh dan kegiatan kegiatan lainnya menuju kepada kebaikan
menuju kepada keridhoan Allah SWT. Sehingga tidak termasuk yang merugi, bisa
memanfaatkan waktu sebelum lima perkara, sehat sebelum sakit, muda sebelum tua,
kaya sebelum miskin, lapang sebelum sempit dan hidup sebelum mati.
Penulis bukan berarti lebih baik dan lebih tahu dari sahabat
pembaca, namun penulis mengajak sahabat bersama sama mengingatkan dan
mengerjakan perkara kepada kebaikan. Semoga bermanfaat…
Wallahu’alam bishawab…